Sabtu, 10 Januari 2015

Pembenihan Ikan Kerapu Lumpur



Budidaya laut merupakan usaha yang dapat dilakukan untuk mengatasi masalah kelestarian populasi maupun peningkatan produksi perikanan dalam upaya mengantisipasi permintaan yang semakin meningkat.
Beberapa jenis ikan laut yang mempunyai nilai ekonomis penting telah banyak di budidayakan dalam kurungan apung di perairan Riau,Pantai Utara Jawa, Sulawesi Selatan dan daerah lainnya. Salah satu jenis ikan yang di budidayakan adalah ikan kerapu lumpur (Ephinephelus tauvina).Umumnya benih ikan kerapu lumpur yang di budidayakan masih berasal dari alam, diperoleh dengan alat tangkap bubu. Praktis kegiatan budidaya sangat tergantung dari kuantitas maupun kualitas benih alam serta musiman.
Dengan semakin banyaknya permintaan ikan kerapu untuk pasar domestik maupun pasar internasional, maka benih sebagai sumber produksi akan sulit dipenuhi dari alam serta penyediaanya tidak dapat kontinyu. Berdasarkan kenyataan itu maka kita tidak boleh berharap akan pemenuhan benih dari alam, tetapi harus mulai mengalihkan perhatian ke usaha pembenihan buatan.

            Jumlah jenis ikan kerapu ada 46 species yang hidup di berbagai tipe habitat dari jumlah tersebut ternyata berasal dari 7 genus, yaitu Aethaloperca, Anyperodon, Cephalophilis, Cromileptes, Epinephelus, Plectropomos,dan Epinephelus yang sekarang digolongkan ikan komersial dan mulai di budidayakan. lebih lengkapnya sistematika ikan kerapu adalah sebagai berikut:
Class                  Telestomi/ Teleostei
Sub class             :         Actinopterygii
Ordo                   :         Perciformes
Sub- ordo            :         Percoide
Familia               :        Serranidae
Sub familia         :         Epinephelinae
Genus            Species              :        Epinephelus suillus
      
Jenis  Kerapu Lumpur/ balong/ estuary grouper (Epinephelus spp)
            Bentuknya memanjang dan gilik. Warna dasarnya abu-abu muda dengan bintik-bintik. Jenis Epinephellus suillis berbintik cokelat dengan 5 pita vertical berwarna gelap. Jenis kerapu ini dulunya dikenal sebagai  E. tauvina, E. malabaricus mempunyai  bentuk yang hampir sama dengan E. suillus, tetapi bintiknya lebih kecil dan berwarna hitam. Kerapu E. suillus banyak terdapat di teluk Banten, segara Anakan, Kep. Seribu, lampung, dan kawasan daerah muara sungai.di daerah tersebut umumnya terdapat banyak lumpur sehingga ikan ini disebut kerapu Lumpur. Ikan ini sudah banyak di budidayakan karena pertumbuhannya paling cepat dibanding kerapu lain serta benihnya tersedia paling banyak.
            Benih yang berukuran kecil mudah ditangkap dengan alat sodo/sudu, dan bubu. Sedangkan yang berukuran besar ditangkap dengan pancing, bagan, sero dan bubu.  Di Indonesia ikan ini berhasil dipijahkan di dalam bak yang terkontrol, tetapi pemeliharaan larvanya masih merupakan masalah yang belum terpecahkan. Ukuran konsumsi kerapu lumpur 400-1200g dengan kisaran harga Rp. 10.000-Rp15.000.  

Bahan dan Metode
t  Induk Jantan sebanyak 4 ekor, berukuran berat 9,5-11kg/ ekor, panjang 83-86cm.
t  Induk betina sebanyak 6 ekor, berukuran berat 6-8kg/ekor, panjang 72-80 cm.
t  Pakan induk berupa ikan segar dari jenis selar, japuh dan tanjan yang kandungan proteinnya tinggi dan kandungan lemaknya rendah.
t  Kurungan apung untuk pemeliharaan induk berukuran 3 x 3 x 3 m. Bak pemijahan kapasitas 100 ton

Metoda
Untuk merangsang terjadinya perkawinan antara induk jantan daqn betina matang kelamin digunakan metode manipulasi lingkungan terkontrol.
 Langkah kerja :
 1. Seleksi induk di rakit pemeliharaan untuk mendapatkan induk jantan dan betina yang sudah matang kelamin.
 2. Induk dipindahkan ke bak pemijahan yang sudah di isi air laut bersih setinggi 1,5m dan salinitas ±32 ppt.
 3. Dilakukan manipulasi lingkungan dengan cara menaikkan dan menurunkan permukaan/tinggi  air setiap hari.permukaan air diturunkan sampai kedalaman 30 cm dari dasar bak mulai jam 9.00 sampai 14.00. Setelah jam  permukaan air di kembalikan ke posisi semula (tinggi air 1,5 m).
 4. Pengamatan pemijahan ikan di lakukan setiap hari setelah senja sampai malam hari.
 5. Bila diketahui ikan telah terjadi pemijahan, telur segera di panen dan di pindahkan ke bak penetasan.        

Tingkah Laku dan Kebiasaan Makan
Menurut Akbar (2000), bahwa ikan kerapu tergolong buas (carnivora) yang rakus, sifat kanibalnya akan muncul apabila kekurangan pakan, hidupnya menyendiri dan banyak ditemui pada daerah terumbu karang. Pengamatan menunjukan bahwa kerapu mempunyai kebiasaan makan pada pagi hari sebelum matahari terbit dan sore hari menjelang terbenam (Tampubolon dalam Ditjenkan, 1999).
Di alam kerapu mencari makan sambil berenang diantara batu karang, lubang atau celah-celah karang yang merupakan tempat persembunyiannya dan hanya kepalanya saja yang kelihatan, dari tempat itulah kerapu menunggu mangsanya, bila mangsa tampak dari jauh kerapu melesat dengan cepat untuk menangkap dan menelan mangsanya kemudian segera kembali ke tempat persembunyiannya. Kerapu yang dipelihara di dalam Karamba Jaring Apung (KJA) atau dalam bak terkontrol mempunyai kebiasaan menyergap pakan yang diberikan satu persatu sebelum pakan itu sampai ke dasar. Kerapu yang dalam keadaan lapar terlihat siaga dan selalu menghadap ke permukaan dengan mata bergerak-gerak mengintai dan siap untuk memangsa pakan.
Jenis pakan yang disukai adalah udang krosok, belanak, jenaha, cumi-cumi yang berukuran 10-25% dari ukuran tubuhnya (Akbar, 2000). Perbandingan jumlah pakan dengan berat ikan akan menurun sesuai dengan pertumbuhan berat tubuhnya.
                               
DAFTAR PUSTAKA
Jurnal Penelitian Perikanan Indonesia Vol. III No. 4 Tahub 1997
Koran pak Oles Edisi 72, minggu Ke-1Januari 2005. 
Sunyoto, P. 1994, Pembesaran kerapu dengan keramba jaring apung, Penebar Swadaya, Jakarta. 

Purwono dan Syafei L.S, 2005. Buku Seri Kesehatan Ikan “Kerapu Lumpur Sehat Produksi Meningkat”. Sekolah Tinggi Penyuluhan Pertanian, Jurusan Penyuluhan Perikanan, Bogor.

Perbutan Syirik

"Cincin Kawin yang Berbuah Petaka"