Budidaya laut merupakan usaha yang
dapat dilakukan untuk mengatasi masalah kelestarian populasi maupun peningkatan
produksi perikanan dalam upaya mengantisipasi permintaan yang semakin
meningkat.
Beberapa jenis ikan laut yang
mempunyai nilai ekonomis penting telah banyak di budidayakan dalam kurungan
apung di perairan Riau,Pantai Utara Jawa, Sulawesi Selatan dan daerah lainnya.
Salah satu jenis ikan yang di budidayakan adalah ikan kerapu lumpur (Ephinephelus
tauvina).Umumnya benih ikan kerapu lumpur yang di budidayakan masih berasal
dari alam, diperoleh dengan alat tangkap bubu. Praktis kegiatan budidaya sangat
tergantung dari kuantitas maupun kualitas benih alam serta musiman.
Dengan semakin banyaknya permintaan
ikan kerapu untuk pasar domestik maupun pasar internasional, maka benih sebagai
sumber produksi akan sulit dipenuhi dari alam serta penyediaanya tidak dapat
kontinyu. Berdasarkan kenyataan itu maka kita tidak boleh berharap akan
pemenuhan benih dari alam, tetapi harus mulai mengalihkan perhatian ke usaha
pembenihan buatan.
Jumlah jenis ikan kerapu ada 46 species yang hidup di berbagai tipe habitat
dari jumlah tersebut ternyata berasal dari 7 genus, yaitu Aethaloperca,
Anyperodon, Cephalophilis, Cromileptes, Epinephelus, Plectropomos,dan
Epinephelus yang sekarang digolongkan ikan komersial dan mulai di budidayakan.
lebih lengkapnya sistematika ikan kerapu adalah sebagai berikut:
Class
Telestomi/ Teleostei
Sub class :
Actinopterygii
Ordo
: Perciformes
Sub- ordo : Percoide
Familia
: Serranidae
Sub familia : Epinephelinae
Genus Species
: Epinephelus suillus
Jenis Kerapu Lumpur/ balong/
estuary grouper (Epinephelus spp)
Bentuknya memanjang dan gilik. Warna dasarnya abu-abu muda dengan
bintik-bintik. Jenis Epinephellus suillis berbintik cokelat dengan 5 pita
vertical berwarna gelap. Jenis kerapu ini dulunya dikenal sebagai E.
tauvina, E. malabaricus mempunyai bentuk yang hampir sama dengan E.
suillus, tetapi bintiknya lebih kecil dan berwarna hitam. Kerapu E. suillus
banyak terdapat di teluk Banten, segara Anakan, Kep. Seribu, lampung, dan
kawasan daerah muara sungai.di daerah tersebut umumnya terdapat banyak lumpur
sehingga ikan ini disebut kerapu Lumpur. Ikan ini sudah banyak di budidayakan
karena pertumbuhannya paling cepat dibanding kerapu lain serta benihnya
tersedia paling banyak.
Benih yang berukuran kecil mudah ditangkap dengan alat sodo/sudu, dan bubu.
Sedangkan yang berukuran besar ditangkap dengan pancing, bagan, sero dan
bubu. Di Indonesia ikan ini berhasil dipijahkan di dalam bak yang
terkontrol, tetapi pemeliharaan larvanya masih merupakan masalah yang belum
terpecahkan. Ukuran konsumsi kerapu lumpur 400-1200g dengan kisaran harga Rp.
10.000-Rp15.000.
Bahan dan Metode
t Induk Jantan sebanyak 4 ekor, berukuran berat 9,5-11kg/ ekor, panjang
83-86cm.
t Induk betina sebanyak 6 ekor, berukuran berat 6-8kg/ekor, panjang 72-80
cm.
t
Pakan induk berupa ikan segar dari jenis selar,
japuh dan tanjan yang kandungan proteinnya tinggi dan kandungan lemaknya rendah.
t
Kurungan apung untuk pemeliharaan induk berukuran
3 x 3 x 3 m. Bak pemijahan kapasitas 100 ton
Metoda
Untuk merangsang terjadinya
perkawinan antara induk jantan daqn betina matang kelamin digunakan metode
manipulasi lingkungan terkontrol.
Langkah kerja :
1. Seleksi induk di rakit pemeliharaan untuk mendapatkan induk jantan
dan betina yang sudah matang kelamin.
2. Induk dipindahkan ke bak pemijahan yang sudah di isi air laut bersih
setinggi 1,5m dan salinitas ±32 ppt.
3. Dilakukan manipulasi lingkungan dengan cara menaikkan dan menurunkan
permukaan/tinggi air setiap hari.permukaan air diturunkan sampai
kedalaman 30 cm dari dasar bak mulai jam 9.00 sampai 14.00. Setelah jam
permukaan air di kembalikan ke posisi semula (tinggi air 1,5 m).
4. Pengamatan pemijahan ikan di lakukan setiap hari setelah senja sampai
malam hari.
5. Bila diketahui ikan telah terjadi pemijahan, telur segera di panen
dan di pindahkan ke bak
penetasan.
Tingkah Laku dan Kebiasaan Makan
Menurut Akbar (2000), bahwa ikan
kerapu tergolong buas (carnivora) yang rakus, sifat kanibalnya akan muncul
apabila kekurangan pakan, hidupnya menyendiri dan banyak ditemui pada daerah
terumbu karang. Pengamatan menunjukan bahwa kerapu mempunyai kebiasaan makan
pada pagi hari sebelum matahari terbit dan sore hari menjelang terbenam
(Tampubolon dalam Ditjenkan, 1999).
Di alam kerapu mencari makan sambil
berenang diantara batu karang, lubang atau celah-celah karang yang merupakan
tempat persembunyiannya dan hanya kepalanya saja yang kelihatan, dari tempat
itulah kerapu menunggu mangsanya, bila mangsa tampak dari jauh kerapu melesat
dengan cepat untuk menangkap dan menelan mangsanya kemudian segera kembali ke
tempat persembunyiannya. Kerapu yang dipelihara di dalam Karamba Jaring Apung
(KJA) atau dalam bak terkontrol mempunyai kebiasaan menyergap pakan yang
diberikan satu persatu sebelum pakan itu sampai ke dasar. Kerapu yang dalam
keadaan lapar terlihat siaga dan selalu menghadap ke permukaan dengan mata
bergerak-gerak mengintai dan siap untuk memangsa pakan.
Jenis pakan yang disukai adalah
udang krosok, belanak, jenaha, cumi-cumi yang berukuran 10-25% dari ukuran
tubuhnya (Akbar, 2000). Perbandingan jumlah pakan dengan berat ikan akan
menurun sesuai dengan pertumbuhan berat tubuhnya.
DAFTAR PUSTAKA
Jurnal Penelitian Perikanan Indonesia
Vol. III No. 4 Tahub 1997
Koran pak Oles Edisi 72, minggu
Ke-1Januari 2005.
Sunyoto, P. 1994, Pembesaran kerapu
dengan keramba jaring apung, Penebar Swadaya, Jakarta.
Purwono dan Syafei L.S, 2005. Buku
Seri Kesehatan Ikan “Kerapu Lumpur Sehat Produksi Meningkat”. Sekolah Tinggi
Penyuluhan Pertanian, Jurusan Penyuluhan Perikanan, Bogor.